Selasa, 10 September 2019

PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN MENURUT PARA AHLI

Dan untuk lebih jelasnya dalam memahami apa itu media pembelajaran, simak berikut ini definisi dan pengertian media pembelajaran menurut beberapa ahli pendidikan lengkap.
Schramm (1977)
Definisi media pembelajaran adalah “teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran”.
Briggs (1977)
Media pembelajaran adalah “sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya.
Romiszowski (2001: 12)
Definisi media pembelajaran adalah media yang efektif untuk melaksanakan proses pengajaran yang direncanakan dengan baik.
Azhar (2011)
Pengertian media pembelajaran adalah alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun diluar kelas, lebih lanjut dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar
Arief Sadiman (2008: 7)
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Sutjiono (2005)
Media belajar itu diperlukan oleh guru agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
Rayanda Asyar (2012 : 8)
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif
Syaful Bahri Djamarah dan Azwan Zain (2010:121)
Media pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan agar tercapai tujuan pembelajaran.
Munadi (2008:7)
Pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
AECT
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan.
Gagne
Media pembelajaran sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar.
Heinich, Molenida, dan Russel (1993)
Berpendapat bahwa teknologi atau media pembelajaran sebagai penerapan ilmiah tentang proses belajar pada manusia dalam tugas praktis belajar mengajar.
Ali (1992)
Berpendapat bahwa “Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapar memberikan rangsangan untuk belajar”.

PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari si pengirim (komunikator atau sumber/source) kepada si penerima (komunikan atau audience/receiver).
Sedang menurut KBBI, media dapat diartikan sebagai perantara, penghubung; alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk, yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya).
Jadi, secara umum bisa diartikan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Yaitu segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada peserta didik (siswa/murid).
Media pembelajaran bisa juga diartikan sebagai alat atau sarana atau perantara yang digunakan dalam proses interaksi yang berlangsung antara guru dan siswa untuk mendorong terjadinya proses belajar mengajar dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan serta memantapkan apa yang dipelajari dan membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berkualitas.
Media pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Pemanfaatan media pembelajaran juga merupakan upaya kreatif dan sistematis untuk menciptakan pengalaman yang dapat membantu proses belajar siswa. Hal ini dikarenakan media berperan sebagai alat perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga murid tidak mudah bosan dalam mengikuti proses belajar-mengajar.

Selasa, 02 April 2019


Keterampilan yang Harus Dikuasai Guru dalam Proses Pembelajaran

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya peningkatan kualitas guru, antara lain melalui pelatihan, seminar, dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan formal dengan menyekolahkan guru ketingkat yang lebih tinggi. Kendati pun dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun upaya tersebut paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang menunjukkan sebagian besar guru memiliki ijazah perguruan tinggi. Latar belakang pendidikan guru ini hendaknya berkolerasi positif dengan kualitas pendidikan, bersama dengan faktor lain yang mempengaruhinya.
Dalam praktik pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang belum menguasai keterampilan atau variasi pengelolaan kelas dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Hal tersebut sering kali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak guru yang belum menguasai keterampilan proses pembelajaran, bahkan masih banyak yang menganggap hal ini biasa dan wajar. Padahal, sekecil apapun kekurangan yang dilakukan oleh guru, khususnya dalam pembelajaran, akan berdampak negatif terhadap perkembangan peserta didik.
Seorang guru harus mampu memahami kondisi-kondisi yang memungkinkan dirinya menerapkan keterampilan untuk mengkondisikan suasana belajar di kelas, dan yang paling penting adalah mengendalikan dirinya sehingga mampu menghindari dari kesalahan yang mungkin akan dilakukanya.
Dari berbagai hasil kajian menunjukan bahwa sedikitnya terdapat delapan keterampilan yang harus dikuasai para guru dalam pembelajaran. Keterampilan- keterampilan tersebut adalah :
1.  Keterampilan Bertanya
2.  Keterampilan Memberi Penguatan
3.  Keterampilan Mengadakan Variasi
4.  Keterampilan Menjelaskan
5.  Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
6.  Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
7.  Keterampilan Mengelola Kelas
8.  Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

1.        Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.
Ada 2 keterampilan bertanya guru :

a.         Keterampilan bertanya Dasar

Keterampilan bertanya dasar mencakup: pertanyaan yang jelas dan singkat, pemberian acuan, memusatan perhatian, memberi giliran dan menyebaran pertanyaan, pemberian waktu berfikir, dan pemberian tuntunan.

b.        Keterampilan bertanya Lanjutan

Keterampilan bertanya lanjutan merupakan kelanjutan dari keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya lanjutan yang perlu dikuasai guru meliputi: pengubahan tuntunan tingkat kognitif, pengaturan urutan pertanyaan, pertanyaan pelacak, dan mendorong terjadinya interaksi

2.        Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal, dan non verbal, dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari poenggunaan respon yang negative. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat pujian seperti bagus, tepat, bapak puas dengan hasil kerja kalian. Sedangkan pujian secara non verbal dapat dilakukan dengan: gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol, dan kegiatan yang menyenangkan.
Penguatan dilakukan bertujuan untuk:
1.              Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran
2.              Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
3.              Meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi

Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran dalam upaya untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokan menjadi empat bagian:

a.      Variasi dalam mengajar

Dapat dilakukan sebagai berikut :
·         Variasi suara
·         Memusatkan perhatian
·         Membuat kesenyapan sejenak
·         Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik
·         Variasi gerakan badan dan mimik
·         Mengubah posisi kegiatan

b.  Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar

Dapat dilakukan sebagai berikut :
·         Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat
·         Variasi alat dan bahan yang dapat didengar
·         Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi
·         Variasi penggunaan sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar

c. Variasi dalam pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan

Dapat dilakukan sebagai berikut:
·         Variasi dalam pengelompokan peserta didik
·         Variasi tempat kegiatan pembelajaran
·         Variasi dalam pola pengaturan guru
·         Variasi dalam pengaturan hubungan guru dengan peserta didik
·         Variasi dalam pengorganisasian pesan

         4.  Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah mendiskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hokum-hukum yang berlaku.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan penjelasan:

              1.       Penjelasan dapat dilakukan selama pembelajaran
              2.      Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik
             3.    Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan atau menje-               laskan materi pembelajaran
             4.     Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dan bermakna 
            bagi peserta didik
             5.    Penjelasan yang diberiukan harus sesuai dengan latar belakang dan 
             tingkat kemampuan peserta didik

         5.  Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka dan menutup pembelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Embuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara professional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran antara lain:

    1.   Membangkitkan motivasi belajar peserta didik
    2.   Peserta didik memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan
   3. Peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai pendekatan yang         akan diambil dalam mempelajari materi pembelajaran
   4.    Peserta didik memahami hubungan pengalaman yang dimiliki dengan hal-           hal yang akan dipelajari
  5.    Peserta didik mengetahui keberhasilan atau tingkat pencapaian                           tujuan  terhadap bahan yang dipelajari.

6.         Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membimbing diskusi adalah sebagai berikut: (1) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topic diskusi, (2) memperluas masalah atau urun pendapat, (3) menganalisis pandangan peserta didik, (4) meningkatkan partisipasi peserta didik, (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi.

7.         Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola kelas adalah: (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri’
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut:
a.    Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran
·      Menunjukan sikap tanggap dengan cara memandang, mendekati,  memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan  kelas
·         Membagi perhatian secara visual dan verbal
·         Memusatkan perhatian kelompok
·         Memberi petunjuk yang jelas
·         Memberi teguran secara bijaksana
·         Memberi penguatan jika diperlukan
b.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal
·    Modifikasi perilaku
·    Mengelola kelompok dengan cara (1) meningkatkan kerjasama dan keterlibatan, (2) menangani konflik dan memperkecil masalah
·    Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah

8.         Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrak antara guru dan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan,
1. Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas
2. Membimbing dan memudahkan belajar yang mencakup penguatan, proses awal, supervise, dan interaksi pembelajaran
3.  Perencanaan penggunaan ruangan
4.   Pemberian tugas yang jelas, menantang dan menarik      
       Dengan menguasai keterampilan bertanya, memberi penguatan,  mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pembelajaran, membimbing diskusi, mengelola kelas dan mengajar kelompok kecil dan perorangan. guru akan dapat menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan, sehingga akan meningkatkan kualitas pembelajaran..

 Kepustakaan :
Firestone, W.A. (1993). Why Professionalizing Teaching Is Not Enough. No.6 March Joice, Bruce. (1996). Models of Teching. Boston: Allyn and Bacon
Kusuma, (2007), Pendidikan Karakter:Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Grasindo
Mulyasa (2008),Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreaktif dan Menyenangkan, Remaja Rosdakarya.Bandung


Menjadi Guru Masa Depan


Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal. Sumber daya yang dimaksud tidak tercipta hanya melalui pendidikan tinggi, melainkan diawali dari pendidikan dasar dan menengah. Pada tingkat tersebut, tentu guru tidak melulu menyampaikan pelajaran sesuai dengan kurikulum, tetapi dituntut dapat mengembangkan potensi siswanya. Artinya, pengajaran tidak lagi terikat pada pembelajaran yang dibatasi dinding-dinding kelas. Guru dituntut mengembangkan metode secara kreatif dan inovatif. Guru bukan lagi sebagai pusat pembelajaran, melainkan sebagai fasilitator, planner, inovator, motivator. Sumber pelajaran bisa berupa buku, lingkungan, dan masyarakat, juga termasuk internet.
Dengan begitu, siswa akan menyukai materi yang diberikan, bahkan akan terus menuntut untuk maju serta menemukan hal-hal baru pada bidang yang diminati untuk membangun kompetensi diri. Tuntutan Kurikulum Berbasis Kompetensi, pembelajaran tidak hanya mengembangkan aspek kognitif, tetapi juga psikomotorik dan afektif siswa. Dengan sistem itu, penilaian juga tidak sekadar berupa indeks prestasi pelajaran, tetapi juga penilaian portofolio kelas. Siswa tidak hanya pandai dalam teori (kognitif), tetapi terampil dalam berbuat (psikomotorik) seta memiliki sikap mental yang baik (afektif).
Masyarakat kita, sangat membutuhkan para guru-guru yang mampu mengangkat citra dan marwah pendidikan kita yang terkesan sudah carut marut, dan seperti benang kusut. Guru masa depan adalah guru yang memiliki kemampuan, dan ketrampilan bagaimana dapat menciptakan hasil pembelajaran secara optimal, selanjutnya memiliki kepekaan di dalam membaca tanda-tanda zaman, serta memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju, tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.

Peran Guru di Masa Depan
Bagaimana sebenarnya guru masa depan seperti yang di idamkan oleh banyak pihak, adalah guru yang mampu berperan  sebagai berikut ;
·         PLANNER
Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas, program kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran, LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang dilakukan, dan sudah terprogram secara baik;
·         INOVATOR
Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan pembaharuan dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, system dan alat evaluasi, serta nurturant effect lainnya. Secara individu maupun bersama-sama mampu untuk merubah pola lama yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan merubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal.
·         MOTIVATOR
Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya.
·         CAPABLE PERSONAL
Capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif.
·         DEVELOVER
Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan tentunya mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. Guru masa depan haus akan menimba ketrampilan, dan bersikap peka terhadap perkembangan IPTEKS, misalnya mampu dan terampil mendayagunakan komputer, internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.

Kompetensi Guru
Seiring lahirnya kurikulum 2013, kompetensi guru pun mendapat  perhatian serius agar nantinya kompetensi lulusan sekolah sesuai dengan standard yang diinginkan ole kurikulum tersebut. Adapun kompetensi yang harus dimiliki guru- adalah:
a. Memahami landasan dan wawasan pendidikan, meliputi ;
1.    Memahami landasan pendidikan, filosofis, sosilogis, kultural, psikologis, ilmiah dan teknologis
2.    Memahami asas-asas pokok pendidikan
3.    Memahami aliran-aliran pendidikan
4.    Memahami perkembangan peserta didik
5.    Memahami pendekatan sistem dalam pendidikan
6.    Memahami tujuan pendidikan nasional
7.    Memahami kebijakan-kebijakan pendidikan nasional
8.    Memahami kebijakan pendidikan di sekolah
b. Menguasai materi pembelajaran yang diajarkan.
1.    Menguasai pengelolaan pembelajaran, meliputi;
2.    Mampu mengidentifikasi karakteristik peserta didik
3.    Mampu mengembangkan perencanaan pembelajaran
4.    Mampu mengembangkan materi pembelajaran
5.    Mampu mengembangkan metode, media, dan sumber belajar
6.    Mampumenentukan strategi pembelajaran
7.    Memiliki keterampilan dasar-dasar pembelajaran
8.    Mampu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sesuai tujuan dan karakteristik mata pelajaran
c. Menguasai evaluasi pembelajaran, meliputi ;
1.    Menguasai konsep dasar evaluasi
2.    Mampu memilih dan mengembangkan metode evaluasi sesuai tujuan pembelajaran
3.    Mampu mengembangkan instrumen evaluasi pembelajaran
4.    Mampu melaksanakan evaluasi, pensekoran, dan interprestasi hasil evaluasi
5.    Mampu menggunakan hasil-hasil evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
d. Memiliki kepribadian, wawasan profesi dan pengembangannya, meliputi ;
1.    Memiliki sikap, nilai, moral dan berperilaku sebagai pendidik
2.    Memiliki integritas dan dedikasi sebagai pendidik
3.    Memiliki komitmen terhadap pengembangan profesi
4.    Mampu mengkomunikasikan gagasan-gagasan secara efektif dalam forum ilmiah (lisan dan tulisan)
5.    Menguasai metodologi penelitian dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk kepentingan pembelajaran
6.    Mampu mengadopsi dan mengembangkan inovasi-inovasi pendidikan
7.     
Guru mempunyai citra yang baik di masyarakat, apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan menghadapi tantangan masa depan, peran guru mengalami perluasan.
Guru harus berperan sebagai pelatih, memberikan peluang bagi siswa mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak.
Guru harus berperan sebagai konselor, mampu menciptakan interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak dengan guru. Di samping itu guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.
Guru harus berperan sebagai manajer pembelajaran, memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Guru harus berperan sebagai partisipan, tidak hanya berperilaku mengajar tetapi juga belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna guru bukanlah satu-satunya sumber belajar tetapi sebagai fasilitator.
Guru harus berperan sebagai pemimpin, diharapkan menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.
Di samping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luar mengajar. Guru berperan sebagai pembelajar, yakni harus terus-menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya.
Namun yang tak kalah pentingnya disamping berperan mentransfer ilmu pengetahuan, guru juga harus mampu menjadi contoh teladan mentrasfer nilai-nilai etika moral. Guru harus mampu menjadi sosok yang dianut dan ditiru oleh anak didiknya, bukan sosok yang diabaikan dan dicibirkan anak didiknya. Jika guru dibanggakan oleh anak didiknya, baik dalam dedikasi kerja maupun perangainya, maka sudah mudah bagi guru tersebut membangun pembelajaran yang berkualitas.